SuratanBali.Com, DENPASAR - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, R. Erwin Soeriaatmadja dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali menyampaikan bahwa inflasi Bali secara bulanan (Juni 2025) tercatat sebesar 0,44% (mtm), lebih tinggi dari angka nasional (0,19% mtm), dengan penyumbang utama dari komoditas hortikultura seperti cabai rawit dan tomat.
Secara tahunan, inflasi Bali berada pada angka 2,94% (yoy), masih dalam sasaran inflasi nasional (2,5 ±1%), namun tetap memiliki potensi risiko ke depan yang perlu diantisipasi.
“Salah satu risiko utama ke depan adalah kelancaran distribusi, terutama terkait kondisi infrastruktur. Selain itu, kenaikan biaya pendidikan, harga emas, dan faktor cuaca juga menjadi perhatian,” ungkap Kepala BI Bali dalam forum HLM TPID yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, Selasa (15/7).
Meski demikian, menurut BI, terdapat juga sisi positif atau downside risk yang dapat membantu menahan tekanan inflasi, seperti panen bawang merah di NTB dan Bali, serta penyaluran Minyakita dan beras SPHP oleh pemerintah.
Atas informasi itu, Sekda Bali menyampaikan upaya pengendalian inflasi memerlukan kerja sama lintas sektor dan tidak dapat dilakukan secara parsial atau sektoral. Ia mengimbau seluruh pemangku kepentingan untuk tetap waspada, namun tetap menjaga optimisme dalam menghadapi dinamika perekonomian.
Sekda Dewa Indra juga berharap, terkait kenaikan inflasi yang terjadi, dimana mengingat saat ini masih berada di pertengahan bulan Juli, diharapkan angka inflasi di Bali setidaknya dapat setara, atau bahkan lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi nasional.
“Pengendalian inflasi membutuhkan kerja keras kita semua. Kuncinya terletak pada sinergi. Jalan boleh rusak, tetapi sistem dan kerja kita tidak boleh berhenti. Kita buktikan bahwa Bali tetap mampu menjaga stabilitas distribusi dan harga melalui kerja sama,” pungkasnya.
Disisi lain, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada menyebutkan bahwa pasokan pangan secara umum masih bisa dijaga. Kenaikan harga komoditas seperti bawang merah, telur, dan cabai besar masih dalam kisaran wajar dan terkendali. Program pembagian bibit cabai juga tetap berjalan sebagai upaya memperkuat produksi lokal.SB/*
Bagikan