SuratanBali.Com, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI, Dapil Bali, Fraksi PDI Perjuangan, I Nyoman Parta meminta agar Bank 'plat merah' atau milik pemerintah agar segera mungkin melakukan adjustmen (penyesuaian, red) terhadap kebijakan yang diluncurkan Bank Indonesia (BI) terkait penurunan Suku Bunga Acuan. Seperti diketahui, BI menurunkan Suku Bunga Acuan hingga ke angka 3,75 persen. "Agar ekonomi bisa bergerak lebih cepat, saya mohon Bank milik pemerintah harus mempelopori dengan membuat kebijakan bunga murah, dengan cara menurunkan suku bunga yang ada selama ini," kata politisi PDI Perjuangan asal Bumi Seni, Sukawati, Gianyar, Minggu (22/11).
Parta menyarankan, setidaknya ada beberapa hal yang bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh Bank plat merah ke depannya agar dapat menurunkan suku bunga. Cara pertama, kurangi biaya operasional yang tinggi dari Bank BUMN. Karena selama ini Bank-bank BUMN relatif lebih boros, jika dibandingkan dengan Bank Swasta lainnya. Dengan efesiensi biaya operasional, maka suku bunga bisa diturunkan.
"Kedua, Bank milik BUMN mesti mengurangi pengendapan dana di Bank. Untuk itu, yang paling penting dan harus dimulai yaitu dari menginstruksikan BUMN dan lembaga keuangan milik pemerintah untuk menyalurkan dananya ke kegiatan ekonomi produktif sepeti UMKM dan super ultra mikro," ujar Parta yang merupakan mantan Ketua Komisi IV DPRD Bali ini seraya menegaskan jangan melakukan usaha duit cari duit, itu tidak membuat ekonomi bergerak.
Ketiga, Nyoman Parta menjelaskan kalau biaya operasionalnya sudah efisien, maka NIM bisa ditekan dan bunga bisa diturunkan. Selain itu, Bank juga perlu memberikan perpanjangan relaksasi bagi debiturnya, karena situasi dampak pandemi ini belum berakhir. “Perlu diperpanjang relaksasi kredit Bank hingga 2022,” pintanya. Efisiensi tersebut, menurutnya dapat dilakukan dengan menekan biaya operasional. Selain itu, kata dia, penggunaan teknologi untuk merespon kebutuhan pembukaan jaringan yang luas dapat menurunkan biaya operasional, dan akhirnya menurunkan suku bunga kredit.
"Ingat BUMN itu adalah agen pembangunan, jadi Bank BUMN jangan terlalu banyak cari profit, minimal jalan dengan oprasional saja, sehingga suku bunga bisa turun, dan efeknya pasti investasi akan lebih banyak dan masif, dunia industri bisa jalan dan ekonomi bergerak, tenaga kerja bisa tumbuh dan negara dengan sendirinya dapat pajak," tegasnya.
Parta juga menyoroti prilaku sejumlah Bank tak terkecuali Bank-bank BUMN yang safety (nyaman, red) menaruh dana pihak ketiga dan dana yang dihimpun dari masyarakat baik itu berupa tabungan, deposito, giro dan lain-lainnya di BI. Padahal, menurutnya ketimbang mengendap di BI, alangkah baiknya dana tersebut digunakan secara maksimal untuk kepentingan roda perekonomian bangsa. Ini jadi problem tersendiri dan mesti ditelaah lebih jauh alasan bank-bank menempatkan dana di BI, ketimbang menyalurkannya untuk menopang denyut nadi perekonomian bangsa.
"Sekarang banyak Bank dan Perusahaan menyimpan uangnya di BI karena tidak berani mengambil resiko mengucurkan kredit disaat ekonomi lagi susah dengan memikirkan resiko kredit macet, boleh hati-hati. Tapi jangan juga resiko itu membuat paranoid. Sebab andalan kita untuk bangkit dari Resesi adalah dana dari pemerintah termasuk dari Bank BUMN," pungkas Parta.Redaksi/SB