By GusAr
17 February 2020
SuratanBali.Com, KLUNGKUNG - Pelayanan pariwisata kami terganggu, jadi mohon solusi kongkret dari pertemuan ini. Demikian harapan Perbekel Desa Lembongan, Ketut Gede Arjaya saat memandu rapat serap aspirasi Anggota Komisi VI DPR-RI, Fraksi PDI Perjuangan, Dapil Bali, I Nyoman Parta, SH, Minggu (16/2) malam di Wantilan Desa Lembongan.
Terganggunya pariwisata di Nusa Lembongan baru diketahui, setelah warga di Pulau Kecamatan Nusa Penida itu mengeluhkan kelangkaan tabung gas elpiji 3 kilogram, 12 kilogram dan 50 kilogram hingga BBM. Kelangkaan ini terjadi selama dua bulan lalu, bahkan masalah tersebut semakin dirasakan warga sekitar menjelang perayaan penampahan Galungan, Selasa (18/2) dan Hari Suci Galungan, Rabu (19/2) mendatang. Ironisnya lagi, ditengah sepinya kunjungan wisatawan China ke Nusa Lembongan menjadikan suasana semakin keruh pasca minimnya pasokan tabung gas elpiji milik perusahaan Pertamina itu.
Tidak berhenti sampai disana, dalam rapat yang berlangsung dari Pukul 19.00 Wita sampai sekitar Pukul 21. 45 malam tercatat ada 5 penyebab terjadinya kelangkaan tabung gas elpiji 3, 12, hingga 50 kilogram hingga BBM selama 2 bulan yang disampaikan warga Desa Lembongan. Kelima masalah itu, dimulai dari yang pertama Kapal Tanker Gas Elpiji mengalami kendala menuju SPPBE dan SPBU Nusa Ceningan. Hal ini dikarenakan kapal tersebut tidak bisa bersandar ketika air laut surut, selain juga disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak bersahabat. Kedua, akibat faktor harga yang mahal menyebabkan warga mencari gas elpiji sampai ke Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung Daratan. Karena di Kusamba lebih murah harganya dan mestinya harga yang di Ceningan lebih murah, namun dari kwitansi harga yang ditujukan oleh warga yang diceningan lebih mahal.
Kemudian ketiga, disebabkan oleh terjadinya penindakan oleh Polairud secara tiba-tiba yang menyebabkan kekhawatiran pemilik kapal dan nahkoda saat membawa gas elpigi dari Desa Kusamba. Keempat, masalah infrastruktur jembatan penghubung Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, menyebabkan lambatnya dan tidak efektifnya pendistribusian gas elpigi. Kelima, para pengusaha merasa khawatir didalam melaksanakan pengangkutan gas elpiji, karena sering terjadi penindakan oleh Polairud.
Mendengar masalah tersebut, Anggota Komisi VI DPR-RI, I Nyoman Parta menyatakan prihatin atas kondisi ini ditengah-tengah menurunnya kunjungan wisatawan China, yang justru ditambah lagi dengan persoalan kelangkaan gas elpigi. “Saya prihatin, sudah jatuh tertimpa tangga pula,” tambah politisi PDI Perjuangan ini.
Parta berharap agar perlakuan terhadap Nusa Lembongan diberlakukan sebagai daerah kepulauan dan jangan Nusa Lembongan disamakan kondisinya dengan di daratan yang serba lancar. Sedangkan DI Nusa Lembongan kondisinya terbalik seperti pengaruh cuaca yang tidak menentu hingga musim pasang surut yang terjadi sampai 2 bulan (September dan November, Red). Hal itulah yang menjadikan, Kapal Tangker tidak bisa bersandar.
“Kita akan mengundang pihak Pertamina agar hadir besok malam, Senin (17/2) untuk memberikan solusi. Kemudian pihak Syahbandar agar mempermudah proses perijinan kapal berlayar. Masak mengurus ijin Pass Besar sampai 1 tahun, karena semua syarat sudah dipenuhi,” ucapnya. Untuk jangka panjang, Nyoman Parta akan menyampaikan masalah ini kepada Gubernur Bali dan Pemerintah Pusat agar jembatan penghubung Nusa Penida dan Nusa Ceningan bisa dibangun, supaya akses kendaraan roda empat bisa berjalan lancar.SB/REDAKSI