By GusAr
07 October 2019
SuratanBali.Com, DENPASAR - Belakangan ini kondisi Bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai persoalan kebangsaan, di mana gerakan separatisme, radikalisme, dan terorisme masih menjadi ancaman bersama. Selain itu, ada ancaman lain berupa ujaran kebencian, berita bohong, intoleransi, penghinaan terhadap simbol negara serta mudahnya masyarakat terprovokasi untuk melakukan aksi anarkis dan mengikis nilai-nilai persatuan Pancasila.
Terkait dengan itu, sangatlah penting bagi semuanya untuk selalu menggelorakan dan mengupayakan perdamaian, serta memiliki kelenturan untuk menghindari perselisihan. Perbedaan yang dimiliki baik itu budaya, agama dan kepercayaan hendaknya dijadikan alat pemersatu bangsa. Dengan toleransi dan kebersamaan tinggi, maka dapat merajut simpul-simpul perbedaan agar menjadi kesatuan.
Demikian disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutannya yang dibacakan oleh Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dalam Puncak Acara Gema Perdamaian ke-17 di lapangan sisi timur Monumen Bajra Sandhi, Denpasar, Sabtu (5/10). Lebih jauh Gubernur Koster menyampaikan bahwasannya selama ini Pulau Bali dikenal sebagai Pulau Perdamaian dan Demokrasi serta Pulau Cinta dengan kehidupan masyarakatnya yang semakin heterogen, maka semangat kedamaian harus terus digelorakan.
Ditambahkannya, upaya mengedepankan kedamaian melalui jalan musyawarah pada dasarnya merupakan perwujudan dari visi pembangunan Bali 'Nangun Sat Kerthi Loka Bali'. Dengan visi ini, Pemprov Bali mendukung penyelenggaraan simakrama untuk mendengar aspirasi dari masyarakat agar tercapai suatu mufakat baik terhadap kebijakan pemerintah maupun berbagai isu kebangsaan lainnya.
"Kita kedepankan nilai-nilai cinta kasih, saling menghormati dan toleransi maka kerukunan dan kedamaian akan terwujud. Kita gelorakan terus semangat perdamaian ke seluruh penjuru Nusantara, kita wujudkan persatuan Nusantara. Damai itu indah dan harus kita upayakan," ujar Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini.
Sementara itu, dalam sarasehan mini yang mengangkat pendapat sejumlah tokoh akan makna damai, istri Gubernur Bali Ny Putri Koster mengungkapkan bahwasannya damai itu dimulai dari diri sendiri dengan mampu berkompromi dengan hal-hal negatif dalam diri dan mengatasi hal terburuk dari diri sendiri. Makna damai juga disampaikan oleh Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama yang sekaligus Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet yang menekankan di mana damai dimulai dari diri sendiri dengan mengontrol musuh dalam diri masing-masing. Di samping itu, rasa cinta kasih, toleransi, dan rasa persaudaraan harus terus dikembangkan dan dipupuk sehingga kerukunan dan kedamaian akan terwujud.
Gema Perdamaian ke-17 yang mengangkat tema "Damailah Bangsaku, Jayalah Negeriku" pada, Sabtu malam hari ini turut dihadiri oleh para sulinggih, anggota DPD RI, Forkompimda Provinsi Bali, para tokoh agama, Bupati /Wali Kota se-Bali serta mahasiswa ini juga diisi dengan berbagai tampilan lagu-lagu dan tarian bertemakan perdamaian. Doa damai bersama semua agama diakhiri dengan menyalakan obor perdamaian. Dalam kesempatan ini, Ny Putri Koster juga membacakan sebuah puisi "Sumpah Kumbakarna" yang memukau serta mendapat apresiasi luar biasa dari para hadirin yang memadati puncak Gema Perdamaian pada, Sabtu malam.SB/REDAKSI