SuratanBali.Com, DENPASAR – Isu ekonomi maupun isu politik, tidak akan membuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu pecah atau berakhir. Karena sejarah mencatat, bahwa kita pernah mengalami tekanan ekonomi dan kesejahteraan yang sangat parah sejak saat kemerdekaan sampai tahun 1966, akibat adanya operasi Dwikora dan Trikora, kemudian ada peristiwa Gunung Agung meletus dahsyat.
Tetapi kita tetap rukun dan guyub, dan Indonesia tetap kokoh berdiri. Kita pernah mengalami tragedi politik yang dahsyat yaitu pada tahun 1965, tahun 1998. Namun karena tidak menyeret-nyeret agama, atau politik maupun ekonomi saat itu, maka yang terjadi hanyalah pergantian rezim dan perpecahan elit politik saja, namun NKRI tetap kokoh bersatu dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote.
“Akan tetapi kita harus waspada, NKRI akan bisa berakhir kalau terjadi masalah SARA yang masif, yang meluas, terutama kalau kerukunan antar suku, lebih - lebih antar agama terus terganggu, bahkan kalau kemudian muncul konflik agama yang masif, maka disitulah akan disebut tragedi kebangsaan Indonesia, dan disitulah NKRI bisa berakhir,” demikianlah renungan dan harapan Ketua Umum (Ketum) Asosiasi FKUB Indonesia, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet yang disampaikan, Senin (1/7) kepada Bapak Jokowi dan Bapak KH. Ma'ruf Amin Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2019 – 2024.
Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet lebih lanjut mengatakan, oleh karenanya hal tersebut diatas harus dicegah supaya tidak pernah terjadi, baik melalui pendekatan sosial maupun melalui pendekatan sistem hukum dan ketegasan penegakan hukum. Kerukunan antar suku dan antar agama adalah segala-galanya bagi Indonesia.
“Jadi untuk mengantisipasi keadaan sekarang, dimana kehidupan beragama cendrung semakin eksklusif, maka pranata membangun kerukunan, membangun kehidupan beragama yang lebih inklusif, moderasi beragama yang ke Indonesia-an harus dijadikan prioritas utama,” tutup Ketum Asosiasi FKUB Indonesia ini.SB/WIRA
Bagikan