By GusAr
20 September 2022
SuratanBali.Com, BANGLI - Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar menggelar acara workshop tentang peningkatan kapasitas SDM dan Penguatan Implementasi CHSE terhadap kalangan pelaku wisata di kawasan Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Bangli, Selasa 20 September 2022, bertempat di ruang pertemuan kantor Desa Songan B.
Acara yang dilaksanakan dalam rangkaian kuliah kerja nyata (KKN) UNHI Denpasar tersebut diprakarsai oleh para mahasiswa yang tergabung dalam kelompok 28. Hadir selaku fasilitator pada kesempatan tersebut yakni Dr. I Nengah Laba, M.Hum., seorang akademisi dari Universitas Dhyana Pura, Bali, selain itu Dr. I Nengah Laba juga dikenal sebagai salah satu pengurus di Perhimpunan Hotel dan Restoran BPD PHRI Bali, dia juga dikenal sebagai penggiat sumber daya manusia melalui lembaga riset dan pengembangan sumber daya manusia, Denpasar Institute yang di-inisiasinya. Fasilitator lain dalam acara ini adalah I Made Dwija Suastana, S.H.,M.H, akademisi UNHI Denpasar yang juga adalah auditor CHSE (Cleanlines, Healthy, Safety Environment Sustainability) yakni program Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif RI dalam mewujudkan pariwisata Indonesia yang siap menghadapi pandemi covid-19 dengan meng-implementasikan 4 aspek diatas. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli, I Wayan Sugiarta, S.IP.,M.Si. yang hadir dalam sambutannya menyampaikan apresiasi-nya kepada UNHI Denpasar karena telah berkontribusi secara nyata dalam mendukung perkembangan serta penguatan pariwisata Kabupaten Bangli khususnya di wilayah kecamatan Kintamani.
Lebih lanjut Kadisparbud Kabupaten Bangli, I Wayan Sugiarta dalam sambutannya memaparkan bahwa di masa pandemi covid 19 pariwisata Bali dan Bangli pada khususnya sempat terpuruk selama 2 tahun lebih. Sebagai sektor primadona, keterpurukan sektor pariwisata ini tentu berimbas pada pendapatan asli daerah yang merosot drastis. Namun demikian, Kemenparekraf RI tidak tinggal diam terbukti sejak mewabahnya covid-19 melalui arahan World Health Organization, pemerintah pusat telah melaksanakan penerapan protokol CHSE khususnya pada pelaku wisata di seluruh Indonesia. Hal ini menurut Wayan Sugiarta dilakukan pemerintah dalam upaya tetap menggairahkan dunia usaha di bidang pariwisata di masa pandemi serta mengembalikan kepercayaan publik terhadap pariwisata Indonesia dengan menerapkan CHSE.
Menariknya, Wayan Sugiarta membeberkan fenomena pariwisata di Kabupaten Bangli pada masa covid-19 (awal 2020 sampai dengan pertengahan 2022 ini) cukup dinamis, walaupun ada penurunan kunjungan wisatawan. Menurutnya, wisata Glamping (glamour camping), coffee shop, pendakian gunung batur, selfi dengan background gunung dan danau Batur menjadi primadona bagi wisatawan walaupun dalam jumlah terbatas karena pembatasan akibat pandemi covid-19. Hal ini menurut pejabat kelahiran Tabanan ini, menjadi peluang bagi kabupaten Bangli untuk terus berbenah dari sisi infrastruktur kepariwisataan maupun sumber daya manusianya. Sehingga pihaknya menilai tepat program KKN UNHI Denpasar tahun ini di wilayah Kintamani juga menyasar pembangunan sumber daya manusia pariwisata-nya.
Pihaknya mengapresiasi UNHI Denpasar selaku lembaga perguruan tinggi memiliki kepedulian terhadap industri pariwisata khususnya di kabupaten Bangli. Menurutnya, tepat program Tri Dharma UNHI kali ini dilaksanakan di wilayahnya, karena pariwisata Bangli saat ini membutuhkan dukungan semua pihak termasuk lembaga pendidikan tinggi seperti UNHI Denpasar. Pihaknya juga sangat senang dengan keterlibatan aktif puluhan peserta yang notabene adalah pelaku wisata di kawasan desa Songan, seperti diketahui kawasan yang merupakan kaldera gunung batur ini merupakan salah satu dari 15 Desa yang ditetapkan sebagai UNESCO Batur Global Geopark. Harapannya, pelatihan ini tidak berhenti sampai di tataran ruang workshop namun hendaknya mampu menjadi nilai tambah bagi penguatan mind set para pelaku wisata di kawasan dalam menghadapi berbagai tantangan di sektor pariwisata", pungkas I Wayan Sugiarta.
Dalam acara workshop tersebut fasilitator Dr. I Nengah Laba, M.Hum yang juga seorang guide yang fasih berbahasa Jerman ini mengetengahkan materi tentang “Tips & Trik Hospitality Berbasis Kearifan Lokal Bagi Para Pemandu Wisata Pendakian Gunung Batur”. Topik menarik ini disajikan secara interaktif dengan pelibatan langsung para peserta. Menurut Nengah Laba, gunung Batur selalu menjadi primadona utama bagi wisatawan yang gemar melakukan wisata alam pendakian gunung. Sehingga menurutnya, kesan yang baik harus selalu ditumbuhkan oleh para pemandu wisata lokal. Kenyamanan wisatawan menjadi faktor penting yang harus menjadi budaya kerja pemandu lokal. Menurut pria yang merupakan kombinasi akademisi – praktisi pariwisata ini, sangat penting kearifan lokal di wilayah desa Songan dengan Gunung dan Danau Batur-nya diangkat sebagai kekuatan pariwisata setempat.
Fasilitator kedua, I Made Dwija Suastana memaparkan pentingnya penerapan CHSE di kalangan pelaku wisata di kawasan Songan. Walaupun suatu saat covid-19 ditetapkan sebagai endemi oleh pemerintah, namun masalah kebersihan, kesehatan, keamanan serta kelestarian lingkungan menjadi hal yang wajib dijaga seluruh stakeholder. Apalagi Kintamani, Danau Batur dan sekitarnya termasuk wilayah desa Songan (Desa Songan A dan B) merupakan wilayah UNESCO Kaldera Batur Global Geopark yang telah mendapatkan pengakuan dan perlindungan dari PBB.
Jadi tidak ada alasan bagi warga lokal untuk tidak melindungi wilayahnya sendiri dari berbagai ekses negatif yang disebabkan oleh penyebaran penyakit yang disebabkan virus ataupun mikro-organisme lain. Karena hal-hal yang kelihatan sepele tersebut akan lebih dihebohkan lagi dengan pemberitaan yang tidak terkendali di media sosial.
Sertifikasi CHSE sendiri merupakan sebuah proses sertifikasi kepada Usaha Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya. Tujuannya untuk memberikan sebuah jaminan kepada wisatawan yang berkunjung, bahwa mereka terlindungi dan mendapatkan pelayanan fasilitas kepariwisataan terstandar terjamin bersih, sehat, aman, nyaman dengan lingkungan yang terpelihara dengan baik.
Acara workshop berlangsung menarik karena kedua fasilitator secara interaktif mengajak peserta yang terdiri dari pelaku wisata di kawasan Desa Songan aktif dalam workshop. Para peserta berharap agar acara workshop dapat berlanjut dalam kesempatan yang lain dan diharapkan UNHI dapat terus terlibat dalam pembangunan kepariwisataan di kawasan Desa Songan.SB/REDAKSI