SuratanBali.Com, BULELENG – Jangan diragukan lagi daya juang Wayan Koster sebagai Gubernur Bali dan Nyoman Giri Prasta untuk membangun fasilitas pelayanan publik di Kabupaten Buleleng yang semakin maju.
Selain membangun 1) Jalan Shortcut Singaraja – Mengwi; 2) Bendungan Tamblang; 3) Pembangunan Turyapada Tower (Tower Multifungsi); 4) Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno di Desa Sukasada, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng; 5) SMKN 1 Banjar; 6) Menuntaskan sengketa Agraria yang telah terjadi sejak tahun 1960 silam dengan memberikan warga Desa Semberkelampok, Kecamatan Gerokgak Buleleng hak kepemilikan tanah secara gratis; 7) Memperjuangkan peningkatan status Akademi Pendidikan Guru Agama Hindu Negeri (APGAHN) Denpasar menjadi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja; dan 8) Gedung Majelis Desa Adat Kabupaten Buleleng.
Tercatat, Wayan Koster bersama Nyoman Giri Prasta (Bupati Badung, red) adalah pemimpin yang mendukung terwujudnya Pasar Banyuasri, Buleleng. Tanpa dukungan Gubernur Koster dan Nyoman Giri Prasta selaku Bupati Badung, Pasar Banyuasri di Buleleng tidak bisa terbangun sampai tertata dengan rapi.
Untuk mewujudkan Pasar Banyuasri ini, Pemerintah Kabupaten Buleleng saat acara peresmian Pasar Banyuasri yang diresmikan oleh Gubernur Wayan Koster, Selasa (30/3/2021) mengungkapkan sumber dana pembangunannya berasal dari bantuan Gubernur Bali, Wayan Koster melalui APBD Provinsi Bali sebanyak Rp 50 Milyar, dan Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta melalui APBD Pemerintah Kabupaten Badung Rp 25 Milyar, dan sisanya bersumber dari APBD Pemerintah Kabupaten Buleleng Rp 100 Milyar.
Wayan Koster saat meresmikan Pasar Banyuasri, Selasa (30/3/2021) yang ditandai dengan penandatanganan prasasti, mengajak Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk menjadikan Pasar Banyuasri sebagai lokomotif ekonomi masyarakat dari hulu sampai hilir dengan menerapkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali.
”Setiap produk lokal yang dijual kepada konsumen harus memiliki kualitas dengan tampilan kemasan yang modern, ditata dengan baik, dan memiliki standar harga tetap, sehingga tidak ada lagi cara tawar menawar. Ini merupakan solusi untuk menertibkan harga di pasaran dengan catatan tetap menguntungkan para pedagang lokal,” kata Koster seraya menegaskan Buleleng ini merupakan sentra pertanian terbesar di Bali, banyak produk lokal khas Buleleng ada di sini. Mulai dari anggur, kopi, mangga, manggis, rambutan, hingga durian.SB/REDAKSI
Bagikan