By dama
13 April 2024
SuratanBali.Com, DENPASAR - Melik dalam mitos masyarakat selalu diidentifikasi sebagai orang yang memiliki Indra keenam atau Indigo, orang yang memiliki kesaktian secara spiritual, bahkan identik dengan orang yang mampu berteman dengan makhluk halus serta melihat masa depan. Namun tidak jarang, orang melik juga dipandang rentan terserang penyakit, guna-guna, bahkan ditakdirkan meninggal muda dengan cara yang tidak wajar. Hal itulah yang membuat dilematika Melik selalu hangat di dalam masyarakat, apakah lebih condong sebagai sebuah anugerah atau kutukan.
Menjawab dilematika tersebut, Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama, Seni, dan Budaya (BEM FIASB) Universitas Hindu Indonesia (UNHI) melaksanakan acara NGOPI (Ngobrol Pintar) dengan tema “Melik, Kutukan atau Anugerah?”. Bertempat di Gedung Ayodya UNHI pada Hari Rabu (10/4), acara NGOPI sukses menghadirkan ratusan peserta baik dari kalangan umum, pemuda, dan mahasiswa Hindu.
Ida Bagus Bhaskara selaku narasumber pada acara NGOPI mengungkapkan bahwa, istilah ‘Melik’ pada umumnya dijumpai dalam beberapa pustaka suci luhur agama Hindu, seperti Siwagama, Pustaka Raja, Pawacak Pati Urip, Parimbon Jawa, dan lain-lain. Melik identik dengan istilah ‘helik’ yang dalam sastra berarti ingat. Melik juga lebih condong kepada bakat istimewa dari kelahiran manusia.
“Melik memang selalu menjadi fenomena spiritual unik yang dibahas dan dikuliti dalam masyarakat. Bahkan masyarakat selalu mengidentikkan melik sebagai sesuatu yang menyeramkan karena condong pada anak indigo, cendek tuwuh, sih ing dewa, ngiring sasuhunan, betel tingal, sakti, matimpal gamang (berteman dengan makhluk astral), bahkan demenin leak (disukain leak). Padahal Melik secara lebih holistik lebih condong pada bakat istimewa kelahiran manusia berdasarakan ciri fisik, bisa niskala, dan dipercaya dapat memberikan pengaruh buruk atau baik untuk kehidupan,” jelas Ida Bagus Bhaskara.
Ida Bagus Bhaskara juga memaparkan beberapa jenis Melik yang bisa dipedomani atau jadi media pelurusan oleh masyarakat. Mulai dari Melik Ceciren yang didasarkan pada tanda lahir, Melik Pawetonan yang didasarkan pada waktu kelahiran, serta Melik Adnyana atau Widi yang bersumber dari kelahiran suci, keturunan pemangku, sulinggih, atau balian. Penentuan jenis melik tersebut perlu dilakukan Pariksa (pemeriksaan), Wacak Weton (Pengecekan Waktu Kelahiran), serta perenungan bhatin secara mendalam agar tidak serta merta mencap diri atau orang lain Melik.
“Pada hakikatnya, semua Melik bisa mendatangkan pengaruh ala (buruk) atau ayu (baik) dalam kehidupan. Namun tidak jarang, Melik di era saat ini justru dijadikan media oleh beberapa oknum untuk melakukan penipuan, mencari perhatian, bahkan menebar ketakutan. Oleh karena itu, hal ini perlu diluruskan dengan Sraddha dan Bhakti, serta dilakukan pariksa, wacak weton, dan bathin yang mendalam agar tidak sembarangan mencap diri atau orang lain Melik,” tambah Ida Bagus Bhaskara.
Sebagai Closing Statement, Ade Fernanda selaku Ketua BEM FIASB mengutarakan terimakasih kepada seluruh peserta yang telah berkenan hadir. Dirinya berharap, diskusi kali ini bisa menjadi media pelurusan pengetahuan bagi masyarakat.
“Terima kasih kami haturkan kepada Bapak/Ibu dan rekan-rekan yang telah berkenan hadir di acara sederhana kami. Tidak menyangka acara bisa membludak dihadiri oleh ratusan peserta. Semoga acara ini bisa menjadi pelurusan pengetahuan bagi generasi muda dan masyarakat,” ujar Ade.
Hal yang sama juga diutarakan oleh I Dewa Gede Darma Permana, S.Pd. selaku Ketua PC KMHDI Denpasar. Dirinya menambahkan akan melaksanakan tindak lanjut kegiatan diskusi kali ini berupa pembuatan tulisan dan siap menghadirkan diskusi kolaborasi dengan organisasi lainnya kedepannya.
“Tentu bersyukur bisa menghadirkan ruang dialektika yang hangat dan semarak. Kedepan hasil diskusi ini akan kami buatkan tulisan sebagai media literasi. Kami juga terbuka untuk menghadirkan diskusi kolaborasi kembali untuk bersama-sama dengan organisasi lainnya dalam menyebarkan pengetahuan,” tutup Dewa.RLS/DI