By ARNAN
17 October 2022
SuratanBali.Com, DENPASAR - Kepala Ombudmans Bali, Sri Widhiyanti mendorong dilakukan perluasan Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Internalisasi SOP kepada para tenaga kesehatan di rumah sakit Wangaya untuk menciptakan pelayanan yang baik sehingga kejadian penelantaran atau penolakan pasien berujung pada kematian dapat dihindari.
"Kami sudah ke Wangaya tanggal 27 kemarin. Karena kami (Ombudmans) intinya harus memperbaiki, kami memberikan saran bahwa perlu ada perbaikan sarana prasana IGD agar lebih layak, SDM mencukupi, dan penerapan SOP dalam alur pelayanan," terangnya saat ditemui di Kantor Ombudmans Bali, Senin (17/10/2022).
Menurut Sri Widhiyanti, dengan kondisi Kota Denpasar yang padat penduduk, sarana prasarana IGD harus dilengkapi serta didukung oleh jumlah dan kualitass petugas atau tenaga kesehatan sehingga ketika masyarakat datang membutuhkan pelayanan kesehatan dapat tertangani dengan baik.
Disamping itu internalisasi SOP juga sangat penting dilakukan oleh Rumah Sakit sehingga semua tenaga kesehatan dapat memahami SOP dan bisa memberikan pelayan kesehatan terbaik kepada pasien atau masyarakat.
"Dan kita lihat SOP di kesehatan itu sangat detail sebenarnya, harus diinternalisasi agar semua petugas paham terhadap SOP yang sudah ditetapkan sehingga dari sisi kompetensinya juga siap seperti," terangnya
Berdasarkan keterangan Sri Widhiyanti, Ombudmans Bali sudah mengunjungi RS Wangaya pada tanggal 27 September 2022 untuk mengetahui bagaimana kondisi IGD. Dalam pertemuan dengan pihak Wangaya tersebut didapatkan klarifikasi bahwa ketika kejadian, keadaan IGD sedang penuh sehingga tidak bisa menangani pasien.
"Ketika pasien datang, memang langsung disampaikan untuk segera ke RS yang terdekat karena memang sedang full dan mereka masih menangani pasien yang didalam, Karena kalau mereka meninggalkan pasien yang didalam itu akan berpotensi pada nyawa juga," ungkapnya
Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, Rumah Sakit Wangaya dan Rumah Sakit Manuaba diduga menolak melayani pasien, Nengah Sariani, sehingga berujung pada kematian.
Kejadian ini bermula saat Nengah Sariani mengalami muntah berdarah dirumah. Kemudian sang anak, Alit Putra, bersama kakak perempuanya segera mengantarkan sang ibu ke RS Wangaya karena jarak RS tersebut sangat dekat dari rumah.
Namun ketika sampai di RS Wangaya pasien malah mendapatkan penolakan dengan alasan tempat tidur di IGD penuh. Kemudian, pasienpun disarankan untuk dibawa ke RS Manuaba. Sebelum dibawa ke RS Manuaba, Alit Putra sempat meminta tolong untuk dipinjamkan ambulan rumah sakit, akan tetapi ditolak oleh pihak rumah sakit.
“ Karena tidak ngasih meminjamkan ambulan, habis itu saya langsung pergi ke Manuaba. Sesampai di RS saya panggil dokternya ke dalam saya bawa keluar. Kemudian dokter memeriksa tangan ibu saya untuk di cek. Kemudian dokternya menyarankan untuk dibawa ke Sanglah,” ungkap Alit Putra saat Konfrensi Pers, Minggu (16/10/2022) kemarin
Ketika sampai RS Manuaba, Alit Putra sempat meminta tolong untuk dipinjamkan ambulan, akan tetapi lagi-lagi harus mendapat penolakan dengan alasan rumit. Alhasil ia pun segera membawa ibunya ke RS Sanglah dengan tetap menggunakan motor membonceng ibu dan kakaknya.
“Saya mau minjam Ambulan tidak dikasi karena alasannya takut rumit. Saya langsung ke Sanglah. Kaki ibu saya itu sampai nyeret di aspal lalu luka sampai bolong,” terangnya
Sesampai di rumah sakit Sanglah, Nengah Sariani langsung mendapat penanganan dan pengecekan. Akan tetapi nyawanya tidak dapat tertolong karena jantung sudah tidak bisa beroperasi.SB/AAN