By ARNAN
10 March 2024
uratanBali.Com, DENPASAR - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Denpasar angkat suara jelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 yang jatuh pada tanggal 11 Maret 2024.
Ketua Pengurus Cabang PMII Denpasar Teguh Alfaidzin, ajak umat islam untuk patuhi aturan nyepi demi keamanan dan kenyamanan bersama.
“Pemprov sudah mengeluarkan seruan yang harus ditaati saat Nyepi nanti. Bagi kita umat islam dua hal penting harus kita patuhi betul, pertama soal tidak bepergian, menyalakan petasan/mercon, dan hal-hal yang berpotensi mengganggu Hari Raya Nyepi dan yang kedua adalah sholat tarawih tidak menggunakan pengeras suara atau dirumah masing-masing” terangnya
Selain itu, Teguh juga tidak ingin tragedi melanggar aturan Hari Raya Nyepi tahun lalu terulang tepatnya di Desa Sumberklampok, Buleleng. Apalagi sikap intoleran tersebut dapat memicu kerukunan umat beragama yang sudah lama terjalin.
“Kita sudah lama berdampingan, jangan sampai tragedi Buleleng tahun lalu terulang, jangan. Nanti hal-hal yang tidak kita inginkan bisa terjadi”
Bagi Teguh, Gus Dur adalah simbol kerukunan umat beragama yang wajib kita contoh bersama
“Saya ini Gusdurian, orang yang mengidolakan Gusdur, kalau boleh saya modifikasi pernyataan beliau kira kira begini, kita niatkan jaga Indonesia bila kita enggak mau jaga ketertiban Hari Raya Nyepi. Sebab Hari Raya Nyepi itu ada di Indonesia, tanah air kita. Tidak boleh ada yang mengganggu perayaan agama apapun di bumi Indonesia”
Teguh menambahkan “Gus Dur punya sejarah panjang dengan Hindu dan Bali. Persahabatanya dengan Ibu Gedong Bagoes Oka, tokoh Perempuan kelahiran Karangasem yang konsisten menyuarakan perdamaian dan kerukunan umat beragama adalah bukti persahabatan Islam dan Hindu” tutupnya
Sementara itu, Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) PMII Cabang Denpasar Lailatul Azizah menambahkan bahwa tidak hanya warga Nahdliyin, bahkan semua agama juga harus patuh terhadap aturan Hari Raya Nyepi selama konotasi aturan tersebut positif.
“Sebenarnya untuk di Bali bukan hanya warga Nahdliyin yang harus taat terhadap aturan nyepi tapi semua agama, sebagai bentuk menjaga persatuan ditengah perbedaan agama dan budaya”.RLS/AN