By dama
26 June 2024
SuratanBali.Com, TABANAN - Dalam upaya memitigasi krisis air tanah yang tengah dihadapi Bali akibat lonjakan pariwisata dan eksploitasi sumber daya air, Politeknik Negeri Bali (PNB), Management and Science University (MSU) Malaysia, dan Yayasan IDEP Selaras Alam menggelar program reboisasi di Tabanan Orange Farm, Br. Bugbugan Sari, Desa Senganan, Kabupaten Tabanan. Acara ini berlangsung pada Rabu (26 .06/2024) mulai pukul 09.00 hingga 12.00 WITA.
Acara ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang menyasar peningkatan konservasi air dan kepedulian lingkungan di kalangan masyarakat Bali. Reboisasi ini dilakukan untuk memperkuat area tangkapan air yang penting bagi keseimbangan ekosistem air tanah dan keberlanjutan sumber daya air bersih di Bali.
Reboisasi yang dilakukan dilatarbelakangi oleh lonjakan wisatawan internasional ke Bali, yang meningkat sebesar 130% dari tahun 2010 hingga 2019, telah menekan sumber daya air setempat. Saat ini, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) hanya mampu memenuhi 40-50% kebutuhan air bersih, memaksa 50-60% masyarakat dan industri pariwisata untuk bergantung pada air tanah. Penelitian terbaru dari Politeknik Negeri Bali dan Yayasan IDEP Selaras Alam pada tahun 2018 menunjukkan bahwa air tanah di Bali menghadapi masalah kualitas serius, termasuk tanda-tanda intrusi air laut akibat eksploitasi berlebihan.
“Kami baru saja melakukan penanaman kopi dan durian. Kami hari ini mendapatkan pengalaman untuk menanam langsung, juga pakai cangkul, menggali tanah untuk memasukkan tanaman langsung dengan tangan kosong,” ungkap Natasya Balqis selaku mahasiswa MSU yang terlibat dalam penanaman.
Project Manager Bali Water Protection IDEP Foundation, Putu Bawa Usadi mengatakan, untuk menghindari krisis air yang mengancam Bali, IDEP menggandeng petani lokal Bali menanam pohon di tahun 2024 dengan target 7.500 bibit pohon akan di tanam di seluruh Provinsi ini. Sampai saat ini masih pada 2.685 bibit pohon yang telah ditanam di sembilan kabupaten di Pulau Bali.
“Tujuan penanaman 7.500 bibit pohon ini sebagai upaya memitigasi krisis air tanah yang tengah dihadapi Bali akibat lonjakan pariwisata dan eksploitasi sumber daya air, ” ujarnya.
Dengan meningkatkan tutupan vegetasi di daerah tangkapan air utama, kegiatan ini diharapkan dapat memperbaiki penyerapan air hujan ke dalam tanah guna mengurangi laju penurunan air tanah. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas air tanah dan mendukung keanekaragaman hayati serta menjaga keseimbangan lingkungan setempat. Oleh karena itu, penanaman bibit pohon yang dipilih adalah kopi dan durian sebagai jenis bibit produksi dan konservasi.
Guru Besar Politeknik Negeri Bali, Prof.Dr.Ir. Lilik Sudiajeng, M. Erg menyebutkan bahwa program pengabdian masyarakat harapannya dapat dilakukan secara berlanjut. Dia juga menyebut bahwa selain penanaman, sumur pemanen air hujan untuk mengembalikan air ke dalam tanah, masih terus dibangun sebagai solusi krisis air yang terjadi di Bali.
“Bersama dengan IDEP, sumur pemanen air hujan masih terus dibangun. Sudah ada 62 sumur hingga saat ini. Ada yang dibangun di halaman sekolah, di beberapa banjar, di area publik juga. Pertimbangannya adalah memastikan sumur yang dibangun masuk dalam area resapan utama. Hal ini juga menjadi sarana edukasi, kenapa di sekolah, kenapa di banjar? Orang-orang akan datang, melihatnya, dan mulai menanyakannya. Pada saat itulah transfer ilmu dimulai ke masyarakat. Jadi upaya meningkatkan budaya untuk hemat air kami lakukan pelan-pelan,” terangnya.
Dengan memfokuskan pada pembangunan budaya konservasi air dan kepedulian lingkungan, program ini diharapkan dapat memberikan solusi berkelanjutan yang sejalan dengan SDGs No. 3 dan No. 6. Melalui kegiatan seperti pengolahan air muara sungai, reboisasi, dan penerapan sistem Reduce, Recycle, dan Reuse, diharapkan semua pemangku kepentingan dapat berkolaborasi untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah Bali dari krisis air di masa depan.RLS/DI